Namun diriku terasa aneh, menggelinjang perih mengingat kembali dosa yang telah ku nikmati di waktu lalu, kerap sekali aku mengingkari, sehingga ada rasa aneh diketika ku mengingatMU, entah itu rasa bersalah, malu, asing . . . ya Allah . . . aku merasa asing padaMU, kerana jarangnya aku menyapamu, terlalu sibuk dengan duniaku, sehingga tak terasa cinta kasih yang telah kau tanamkan dalam jiwaku sedari dulu, pagi ini diiringi embun nan sejuk ku bersimpuh, mengingat kembali butiran tasbih yang hilang, mengimbau kembali sajadah yang lusuh, membasuh kembali nadi yang kering, ku dirikan jasad di hadapmu, berharap kau melirik walau sejenak, aku sedar, tak pantas kau cintai diri ini, terlalu sombong dan angkuh di hadapmu.
kau MAHA PENYAYANG, aku sedari itu, walau hitam aku selalu berkeyakinan satu “BAHWA ENGKAU ADALAH SESUAI PERASANGKA HAMBAMU”, di bait ini aku terpaku, sedar sesedar-sedarnya bahwa kau masih di dalam diriku, menyayangiku, menjagaku, meski ku pelupa, berdosa, namun di saat ku meyakini sesuatu, ENGKAU Mengtahui, dan ENGKAU MEMBERI, Subhanallah . . . . serasa berat ku meneruskan kataku, serasa tak layak aku, ku pejamkan mata dan berdoa kiranya jadikan diri ini PENCINTA SEJATIMU YA ROHMAN . . . ku bergantung pada-MU.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan