Diriku Bukanlah Untukmu...
Ataukah Hanya Ternanti?
SELAMATKAN JIWAKU..
Senja tadi begitu sunyi, entah kenapa belakangan ini fikiranku dianjal oleh sesuatu yang aku sendiri tak mengerti apa yang nak disuarakan, awan yang berarak diiringi alunan lagu melankolik yang ku dengar menambah kepenatan akan hariku, entah kenapa aku hanya bisa menulis kesepian, ataukah memang benar mainset yang ada di otakku itu kekosongan yang hampa, semua seolah berbalik dari titik dimana aku bertumpu, aku hanya terduduk terdiam, dengan sebatang rokok yang ku kira dapat menemani pelukan ku, kuhela nafas panjang, dan mencuba walau terbatas mengertikan bait-bait kata yang di hasilkan otak kananku, iya! memang selama ini hanya otak kanan yang bersuara, entah kemana hilangnya fungsi otak kiri, ingatanku tak begitu lagi kuat, mungkin dimakan oleh dosa-dosa yang ku rangkai dalam setiap kisah, atau apalah. . . pelan, namun ku dapat mengerti yang disuarakan oleh otakku yang berkejasama dengan intuisiku dan sunnguh meninggalkan kesan, itu dapat menggetarkan semua sel tubuhku, membuatku terpaku lemas dalam satu titik sepi.
Dan kini ku mula menemui titik terang tentang apa yang di suarakan, semua itu tentang mimpi-mimpi kehidupan yang kujalani, tentang usaha yang selama ini aku lambungkan tinggi-tinggi, tentang jawapan semua pertanyaan dari apa yang pernah aku tanyakan dulu, semua bagaikan potongan Puzzel yang mendapatkan tempat dan membentuk gambaran utuh sebuah diri, tercermin disana bayang diriku bersama hatiku yang disinari oleh mentari senja yang aku mengerti itu cinta, namun yang terlihat aku bersandar pada hatiku di tanah lapang dan dikelilingi lalang nan indah, namun wajahku terlihat gusar disana, seolah ada yang tersimpan dalam kalbunya yang tak dapat aku ungkapkan dengan kata. Ah . . . . kalau begitu apa bezanya dengan aku kini? Akupun tak sendiri sekarang, aku ditemani kawan-kawan yang aku cinta, dan aku pun masih menanti sebuah mimpi yang masih belum aku miliki, jadi apa bezanya semua jawapan, semua bait yang di katakan otakku??
Hurmm . . . . aku mengerti, namun aku ingin tak mengerti, kerana aku tak ingin gambarkan “Kalau mimpiku hanya mimpi”. Tak . . . dan tak akan aku biarkan semua mimpi yang sedari kecil aku cuba rangkai hanya berakhir sebagai mimpi dan hanya dapat di nikmati dalam mimpi, aku masih punya separuh jiwa lagi untuk melangkah, menerjang kembali badai, merobek kembali kesombongan dan meluluhkan keangkuhan, aku harus kuat, dan ku tak kan biarkan hidupku kalah, kerana aku hidup hanya untuk jadi pemenang !!!, tapi kenapa kenyataan masih tak berpihak kepada setiap langkahku? Mengapa semua 180 darjat berbalik, walau kadang kala aku merasakan kebagiaan yang amat sangat, hurmmm . . . aku mengeluh, tapi bukan keluhan yang ingin aku tuliskan, tentang risalah hatilah yang ingin aku gambarkan dalam malam yang hampir menyambut pagi, namun dimana mimpiku? bilakah mimpi itu menyambut sang pemimpi?
Angin berdesir lembut, sejuk, ditemani secangkir kopi ku lanjutkan kisahku, sebentar . . . . ku setel music melankolik berharap aku dapat melanjutkan tulisanku sampai mentari memberi salam, aku masih duduk dengan jari jari yang menari seiring detak jantung, dan membunyikan nada-nada mimpi, sungguh hidupku penuh dengan mimpi, terlalu lama aku pasrah menerima keadaan, menerima kenyataan yang tak sejalan dengan apa yang aku mahu, ingin rasanya ku melakukan sesuatu yang mengundang rasa kagum, walau bukan itu tujuanku namun perlu rasanya sesekali diri dimanjakan oleh senyum atau sebuah pujian.
Ok, semua yang dari hati kembali ke hati, kalau begitu semua apakah berlaku yang keras yang susah payah yang sakit kita awali akan berakhir dengan keras, susah dan sakit, hahahah . . . . rasanya adil semua kembali ketitik awal dimana ia melangkah, yang berawal dari pagi yang cerah, dan beranjak dengan susah payah melawan mata yang begitu berat kerana masih tersimpan lelap, memaksa bangun untuk kembali merangkai mimpi, dan berjalan melewati banyak rintang, memeras peluh, menebalkan hati akan maki, dan dikala lelap ia kembali ke tempat tidur, terlelap, dan esok sejarah berulang, sungguh membosankan kan? . . . . apakah hidup hanya sebatas membuang waktu?Oppss . . . . cukup rasanya membahas sebuah makna kehidupan kerana otakku tak sampai jika harus menggambarkan dari semua pandangan, dan kembali ke diriku yang sedari tadi hanya duduk menaip menarikan jari-jemari, lanjut tentang mimpi apa kah yang ada di benakku? Apa kah yang ada di mainstream pendirianku? Kenapa dan mengapa . . . . ku tegaskan sekali definisi atau erti sebuah tirai, aku hanya aku, namun aku tak ingin mengulang kembali setiap jalan yang pernah aku lalui kemarin, aku mahu semua dari hariku berkesan, tidak mendatar, tidak pasrah, walau memang semua yang dilakukan hari ini berharap bagaimana dan untuk nanti.
Ku baca lagi apa yang telah aku tulis, sambil menyirup kopi yang ada ditanganku, sebentar . . . . kunyalakan rokok ku agar imaginasiku bermain dalam setiap belaian jariku, ku baca-baca lagi yang tlah tertulis, hahahah . . . ternyata aku sendiri bingung dengan apa yang aku tuliskan, sungguh aku manusia tak tahu diri, tak pernah tahu apa yang dilakukan namun berharap menggapai sang rembulan, woow . . . jangan-jangan mimpi itu seperti rembulan, yang kita damba untuk menggapainya, yang kita usahakann dengan sekuat tenaga untuk terbang meraihnya kerana terlihat sangat cantik di muka, dan sungguh menakutkan jika tampak dimata.
Kurasa cukup bicara ku, jadi ku seketsakan begini, agar semua jelas apa yang dituliskan, agar lebih mudah dicerna kepenatan, ku umpamakan seorang yang melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu, dan ketika ia dapat ia berusaha menyimpannya erat, agar diguna nanti, ia gunakan dan ia yakin akan bertemu indah, tapi tidak dengan mahuku, aku ingin berpeluh namun kunikmati peluh itu dan di akhir sebuah cerita akupun bahagia. Sesederhana itu mimpiku, cuba menghitung, hanya 15 kata, namun hampir habis nafasku untuk menjalani untuk membuatnya nyata. Dapat dimengertikah apa yang aku tulis?? Jika tidak ok aku cuba bahasakan dengan lantang.\
Seperti orang yang bekerja dengan sekuat tenaga, tanpa menghiraukan sebuah kata untuk meraih sebuah makna, di lalui harinya walau sakit, dengan perit ia hidup dengar harapan agar kelak mencapai sebuah tujuan, agar nanti terbeli sebuah mimpi, seperti pepatah melayu yang tak tertulis. Namun tidak dengan apa yang dibahasakan otakku, pertama tentu saja aku bukan orang putih, dan tentu saja aku tak sekuat mereka, aku Papa Q tidak berkata itu sebagai mimpiku, walau aku akui, hormatku untuk mereka yang bertahan di perantauan untuk menyambung, dan menjalani sebuah kehidupan, agar kelak semua indah pada saatnya. Tapi aku tak inginkan itu, sederhana je, penggambarannya begini aku ingin menikmati apa yang aku kerjakan, dan aku ingin sebuah perhatian dan perubahan dalam setiap yang ku kerjakan, sudahlah macam itu saja, dan aku ingin menikmati hasil dari apa yang ku kerjakan kini dan nanti, jadi tidak ada pemaksaan diri demi nanti, demi ending sebuah cerita, kerana bagiku semua ending menyakitkan, aku salahkan jika penerimaan cinta sebagai ending. Kerana bagiku itu sebuah awal, ending merupakan suatu titik berhenti dimana semua hal berhenti pada satu titik, pengulangan kata memang, namun tidak jika ku definasikan dengan satu kata “Kematian”.
Yup buatku kematian adalah sebuah ending dari suatu cerita. Tentang cerita apapun, walau jika dikaitkan itu merupakan awal dari sebuah hidup baru, namun otakku hanya dapat menggambarkan yang telah terjadi, tidak dengan apa yang akan terjadi, maka persetan dengan yang meragui pendapat mengenai ending, yang kini masih ku cari adalah sebuah jawapan dari kedamaian kisah dan kebahagian esok.
Malam semakain larut, pagi sudah gelisah dalam lelapnya, yup . . . hampir pagi kini, jam 4.00 pagi, namun mataku tak juga ingin terlelap, maka ku biarkan jariku menari menaip kata kata yang takkan bisa menjadi sebuah kalimah, kerana hanya terdapat makna jika kau mengerti apa yang ku rasa, kerana akan bermakna jika kau merasakan kegundahaan yang sangat dikala kau membaca, dan hanya sampah jika kau ceria.
JIWA
Lemah kaki menumpu dada yang begitu sesak, terlintas yang lalu ketika sepi datang, bagai sebuah role filem yang di putar ketika pertunjukan teater tiba, dunia menyaksikan kisahku yang berliku. Kisah-kisah lalu kembali ke permukaan menghasilkan dilema menyesakkan hati dan tak pernah henti, seolah realiti hanya ilusi. Aku masih di sini menginjak tanah yang sama, mendengar celoteh yang sama, menatap mentari yang sama dan menghirup udara yang sama. Betapa jemunya hariku bila terus begini, berjalan ke depan tetapi nyatanya ke belakang. Di pertemukan kembali, yang telah pergi tapi tetap di sini menguatkan juga merapuhkan, kenapa tak pernah hilang bayangmu dari kelopak mataku.Aku semakin larut, hati semakin surut, tak berani ku kini bermain dengan keping-keping hati, terlalu sesak. Diam ku pun tak menjawab segala gundah. Tawa tak sepenuhnya menghilangkan duka, tersenyum pun begitu berat, kerana lidah telah berkarat, janji tinggal janji yang hanya lalu lalang menghiasi kata agar terparut lebih manis. Ketika harapan terbawa angin Julai ku genggam itu, tapi ternyata hujan terlalu deras membasahi mata dan hatiku, dan bisa di pastikan semua lepas meninggalkan bait-bait jingga yang terhentam bertebaran presepsi yang tak pernah sehati. Ini hujung dari jalan yang ku lalui, tapi semua belum berakhir, yang lalu menciat kembali ke permukaan menggoyangkan idealisme diri. Dan ternyata penghujung bukan akhir dari semuanya, masih ada jalan setapak yang harus kulalui untuk membetulkan diri kembali. Aku lelah bahkan terlalu lelah untuk memulai kembali dari awal. Dan aku pun tak tahu mesti dari mana aku memulainya, semangat masih tak cukup untuk menguatkan diri, malam pun menjadi teman yang setia memberi penyelesaian yang tak pasti, kerana hanya mengharap sebuah keajaiban yang di tawarkan.Mengapa semuanya tak pasti, berawal A berakhir Z, atau pun sebaliknya, membuatku semakin berfikir bahawa hidup hanya sebuah deretan abjad dan angka saja, yang selalu menuntut kehendak diri untuk selalu bernilai A dan 100, oh . . . . terlalu dramatik, tidakkah ada yang melihat diri dari seberapa kuat seseorang melawan kemelut hati, ataukah semua sama hanya melihat dari hujung dari sebuah perjalanan. Ironi memang, hidup hanya di cerminkan dari hiasan apa saja yang ada di dahi. aku mengerti tapi tidak memahami, banyak ungkapan yang ingin terlontar, tapi terasa percuma memaki dunia yang tak betelinga.
GILA
Ketika ku cuba berbicara dengan bayang yang tercermin, ketika itu kulihat sesusuk makhluk hidup yang hambar, tatapannya kosong berbinar letih, seolah ada beban berat yang yang tergambar jelas dalam seketsa senyumannya. Ku masuki pandanganku lebih jauh . . . semakin jelas, dekat . . . dan lebih dekat lagi, masih tersisa bekas genang air mata di sisi kelopaknya, ku ambil sebatang rokok dan ku mencuba berbicara dengannya, gerak bibirnya persis sama dengan gerakku, namun masih terasa janggal. Ada yang bereza, kupejamkan mataku dan mencuba kembali menatapnya dengan mata terpejam, bukan gelap yang kulihat, tapi berjuta gemercik cahaya yang membawaku lebih dekat dengan degup jantung yang semakin mengencang, sambil berbisik lirih ku berucap . . . siapa aku?, pertanyaan bodoh yang mungkin di lontarkan anak kecil yang tersesat jauh dari ibunya, ku cuba pandangi senyumku, namun tak tampak sedikitpun ketulusan yang kudapati, hanya sindiran pilu merobek lakaran lukisan yang tergambar di atas kertas lusuh yang basah. Apa sebenarnya yang ingin aku ketahui, sepertiga dari dua pintu telah kubuka dengan caraku, tanpa kunci, tanpa gerigi.Ku teguk secangkir kopi hangat yang selalu kubuat ketika malam semakin meninggi, emosiku kala kudapati semut-semut menggerumuni kopi yang telah ku buat, “itu bukan kau punya lah bodoh” gumamku pada seangkatan semut yang seolah meloncat bahagia kerana mendapati apa yang ia mau tanpa perlu berpenat lelah, yang lebih menjengkelkan ketika semut-semut itu semakin banyak dan mencumbui kopi yang baru ku teguk setengah, oh shit . . . dengan kesal ku beranjak dan ku alunkan dengan emosiku kopiku tadi, dan ternyata ku takut olehnya, oleh semut kecil.Ku kembali, dan masih terdiam semakin dalam, anganku melayang tanpa aturan, tanpa arah, tanpa batas, kenapa semua berubah ketika ku mencuba untuk memulakan, bukan . . .bukan pernyataan bodoh lagi yang ku cuba presentasikan. Ketika itu hujan datang, lebat . . . bukan hanya rintik yang turun, seolah langit marah dan mencuba mengungkapakan dengan deru angin lebat yang menyindir bumi dengan selayang tamparan air yang begitu deras menghujan, kala itu ku cuba untuk keluar dan mencari sepuntung rokok yang kiranya masih dapat ku beli dengan lebihan duit di sakuku, namun sial gemercik hujan menampar mukaku, membuatku kaku dan membuat perih bekas lukaku, ku cari sebuah payung untuk membantuku berjalan dari hujanan air yang tak kenal kata “tunggu”, sampai akhirnya ku dapati apa yang ku inginkan, ku cucuh dan ku hisap semahuku, semakin dalam untuk mentafsirkan angankuu, lupakan sejenak hujan itu kini hari yang sama dengan hari saat hujan itu turun, tapi tidak dengan tahun dan bulannya, bulan ini membawa terik di siangnya yang menyalut ego bagi yang tersentuh. Dan ku pun berbaring sendu menunggu mentari berbaik hati, dan ternyata mentari itu masih berhati, sejuk kini kudapati, satu hari . . . dua hari masih kurasa sejuknya, namun dihari berikutnya tidak, kerana ada bisikkan sendu dari sang rembulan, esok akan hujan, dan sialnya kudapati payungku telah terbang ditiup angin malam itu, rasa bodoh dengannya, ku pejamkan mata dan mencuba merangkai cerita sebelum ku terlelap, dan cerita indah pastinya yang ku buat, agar nanti ku dapat melajutkannya dalam visual mimpi yang sempurna, dengan sound yang tanpa noise, so perfec pastinya, kerana dengan mimpi semua bisa kunikmati, tapi tidak di duniaku.Sampai akhirnya alarm jam ku membangunkanku dari mimpi yang susah payah ku sutradarai, sial memang baru setengah jalan ku buat dan harus aku relakan alarm yang menentukan ending dari senarioku, dua kali ku kecewa dengannya . . . dengan apa yang aku buat namun hilang tanpa inginku, hey . . . . ternyata pagi ini tak setitik air hujanpun yang turun, cerah . . .yah pagi yang cerah tapi lagi dan lagi aku harus jujur, tidak dengan jiwaku. Oh . . . ku baru ingat bulan berbohong kepadaku, dan selalu ada kesulitan bagi sang pembohong, jadi tunggu. Kan kau dapati setengah bayangmu hilang esok malam. Kulengkapi dongeng tentang bulan yang berdusta. Sialnya pagi ini . . . pagi secerah ini ku di paksa mencari sebuah payung, yang membuatku berfiqir bukan hanya aku yang gila, tapi mereka !!!. bukankah hari ini cerah dan tak memerlukan payung untuk berteduh ???. “jangan . . . . jangan pernah bilang kita tak tahu nanti !!!”. kerana maaf aku bukan sang pemimpi yang mengharap sebuah keajaiban, aku tak percaya dengan kesempatan kedua, dan ku enggan berandai andai, hari ini adalah sekarang bagiku, kenapa semua seakan memaksaku, bukan cuma perasaan, tapi ini kenyataan. Jangan pernah hibur aku dengan kata-kata yang . . . . . entahlah . . . yang mungkin kau fikir boleh menenangkanku, percuma hatiku telah hitam, dan paru-paruku telah putih, dan aku tak pernah percaya dengan warna lain selainnya. Cerita kosong jingga ketika jatuh cinta. Hanya bualan merah ketika emosi bergejolak.Biarkan aku bebas menentukan apa yang ku mahu, biarkan aku hidup dengan apa yang ku miliki, tak perlulah kau . . berbaik hati menyuapiku makanan yang enggan aku kunyah, lepaskan rantai besi yang mengikat erat kakiku, biarkan ku berjalan, biarkan aku bernafas, dan kau bintang . . . cukup kedip manjamu, karena ku tahu kau hanya merayuku masuk dalam lubang yang kemarin, untukmu bulan jangan pernah dustai aku.“ Beribu bintang yang berkelip riang, tak satupun tersenyum padaku,kosong terasa di dalam relung hati, dan jiwaku”
Sampai akhirnya memang tak ada bintang yang tersenyum padaku oleh kataku. Hanya bintang yang tak mencuri cahayalah yang dapat mengerti, “gilaku sedarku. Dan aku !!”.
LIHAT, DENGAR & RASAKAN
Satu tema lain cerita berbeza naskah dengan tulisanku sebelumnya, masih tentang sebuah diri dengan idealisme nya, dengan semangat yang yang tercermin dalam kaca lusuh berbalut asa. LIHAT pagi ini begitu mendung, mentari malu untuk muncul di langit kota, gelap, rintik menyapa, aku bingung apakah gerangan, mungkinkah sebuah petaka yang terjadi, kerana terasa aneh mendung di musim panas, fikiranku pun menjadi tajk menentu di isi bayang-bayang yang entah kemana arah tujuannya, ku bangun pagi itu dengan rasa mengantuk kerana semalaman suntuk bercengkerama online dengan sahabatku, meski malas yang sebegitu kupaksakan kakiku untuk melangkah menjalani aktiviti yang serasa membosankan, kutelusuri kembali jalan yang kemarin ku lewati, ramai anak-anak kecil sedang bermain di kaki lima “senangnya mereka, tak mengerti apa yang akan berlaku di depannya”.
kembali pada diri, sisa mengantuk masih menari riang di kelopak mataku, sempat aku terpejam waktu itu, masih dalam putan gas di genggamanku, dan kira-kiran dalam 10 meter kedepan aku tersentak terkejutt dan terbangun dan bayang-bayang ilusi menghasut otakku bahwa “aku kan terjatuh mmelanggar sesuatu”, namun cepat ku tepis ilusi itu, serasa menakutkan jika ku terjatuh dan tak terbangun. ku hentikan jalanku di bahu jalan, lantas membakar sebatang rokok untuk mengilangkan mengantuk ini, tak jauh dari tempat perhentianku dan tepat di depanku kulihat seorang terjatuh melanggar pohon di depannya, dan semakin jantungku berdegup, antara sadar dan tidak dengan kejadian tadi, aneh . . .apa sepintas tadi yang kubayangkan pada diriku kini kusaksikan dan ku DENGAR raungan motor yang terjatuh tepat di depanku, selepas sajai kejadian itu banyak orang berkerumun membantunya berdiri dan memindahkan motornya, namun aku yang memang ada di depannya masih saja terpaku pada tempatku, kupejamkan mata kiranya ku dapat titik terang dari apa yang ku RASAKAN, namun tetap tak ku dapat jawabnya
Melirik jam di tangan, hampir jam 9 pagi, tergesa aku melajutkan perjalananku agar sampai tepat pada waktunya, bersama tanya akan apa yang terjadi pagi ini, kebetulankah? atau memang sudah di tuliskan adanya . . . !!! otakku tak sanggup kiranya menjawab pertanyaan yang kubuat sendiri, dan dengan enggan pertanyaan itu hilang termakan waktu. sesampainya di tempat kerja'PART TIME'ku, kudapati selonggok kertas yang harus ku selesaikan hari ini, bertambah pula rasa suntukku, namun ku paksa untuk menikmati yang ada, basicly aku suka dengan apa yang aku kerjakan, namun bukan untuk kesekian kalinya berulang, mungkin aku memang tak pernah setia pada sesuatu.
Hujan turun petang itu setelah di jemput mendung tadi pagi, tiba waktu rehat ku, dengan malas aku menyuap apa yang tersaji dihadapanku, dengan cepat kusantap agar dapat waktu luang yang panjang untuk sekadar berehat di beranda taman, ku bakar sebatang roko kuhisap, dan ku hembuskan . . . serasa keluar semua penat yang ada, namun aku masih terdiam memikirkan apa yang akan terjadi, serasa semua aneh hari ini, di sisiku banyak sahabatku bercengkrama, tertawa, namun itu tak mampu ku dengar, rasanya aku ada diduniaku sendiri
KATA TERAKHIR UNTUK "PEREMPUAN"

Setelah hujan merintik semalaman
Lihatlah halaman rumah kita indah sekali
Embun pagi menitis jatuh dari bunga-bunga di taman
Taman yang kau pelihara setiap hari
Seperti kau memelihara hatimu
Marilah kita keluar nikmati udara segar ini
Kusematkan untukmu setangkai bunga ini di helai rambutmu
Dan kau pun nampak indah seindah taman ini
Sesaat kau cium pipiku lalu terbang bersama burung kenari
Nikmatnya hidup bersama cinta sejati
Takkan ku rosak walau apa pun yang mendatang
Terlintas tanya dalam hatiku
Apakah kau akan bersamaku nanti
Saat aku tak mampu memberikanmu sesuatu
Saat aku lemah tak berdaya ditikam kejamnya dunia
Masihkah hatimu seindah taman itu
Dedicated For My Moom (Ibu Papa Q yang baiiiik . . . . !!! makasih mak), for my lovely sista's(Kamu jaga mak baik baik ok...but everthink you’re . . . i’am your brother)) "MAK" � I was a kid compared to you, B’coz yo’re� “Jannah” in my heart . . . .
Salam . . . ” PAPA Q “
KESINAMBUNGAN PEREMPUAN

Tak bisa diragui peranannya yang begitu besar
Diciptakan bahagia bersama lelaki
Di rahimnya ada kehidupan baru yang akan datang pada suatu masa
Perjuangan terberat yang harus dilalui dengan ikhlas
Kehadirannya menyejukkan suasana dimanapun kakinya berpijak
Bagi lelaki yang lama merindukan susuknya
Rintangan apapun dilalui untuk memetik hatinya yang indah
Menjaga dan menyayangi adalah tugas lelaki
Kerana dia adalah harta yang tak ternilai dengan apapun jua
Aku kagum pada mereka sekagum-kagumnya
Yang sanggup meruntuhkan tembok keangkuhanku
Saat aku menemukan kebuntuan dalam hidup
Tak ada yang mampu memberikan jalan keluar
Kau lewat dengan keharuman syurga memberiku harapan baru
Perlahan sentuhanmu membawaku menuju jalan penuh cahaya
Jalan yang dulu tertutup oleh kabus keangkuhan
Aku lemah tak berdaya dihadapanmu
Wahai perempuan
Kau ubati sakitku
Kau pahami hatiku
Kau membuatku selalu merindukanmu setiap saat
Merubah warna gelap menjadi terang dalam hidupku
Aku tak pernah tahu dengan apa kau menyihir mata hatiku
Yang kulihat hanya wajahmu yang putih mempesona
Yang kutahu aku takkan bertahan tanpa cintamu
Perjuangan terberatku untuk memilikimu
Semoga Tuhan selalu bersama kita selamanya
Hingga kain kafan menutupi seluruh tubuh
PEREMPUAN

Manis sekali senyumnya
Lem

Begitu indah hatinya
Sehari bersamanya seakan tidak pernah cukup
Memandang wajah bidadari yang merona jingga
Tidak pernah ada kebosanan yang hinggap di kepalaku
Begitulah kesan pertamaku bersamanya
Usai sudah perjuangan awal itu
Ketika pelbagai rintangan berat menghadang
Tak surutku untuk memilikimu selamanya
Walau air mata dan darah bercucuran menjadi satu
Pelukanmu mampu menyemarakkan tubuhku yang lemah
Belaianmu menghapus keringat lelahku
Kau kucup jiwaku yang luntur oleh terik
Kau kibaskan sayapmu membawaku ke tempat rendang
Mempertahankanmu adalah perjuangan selanjutnya
Menjaga permata yang tak ternilai agar selalu berkilau selamanya
Walau rintangan selanjutnya pasti akan lebih berat
Bersamamu aku takkan pernah menyerah
Kita tumbuhkan pekarangan dengan warna-warni kembang
Hiasi rumah dengan senyum bunga yang baru mekar
Menangis Sampai Lena

rembulan itulah kamu
langit terbentang adalah cintamu
ku renung dari jauh
menatap dada langit
sejuk dalam rimbun kasihmu
hiba di belai rindumu
ku senyum pada rembulan
ku sapa pada bintang
terasa seperti berbicara denganmu
terasa lembut belaianmu
terdengar bisik pujukanmu
aku
tenang...
ku dongak pada langit
mencari dalam pekat malam gelita
wajah sang bidadari...
redup rembulan...
kerdip bintang...
siul angin...
itulah tanda cintamu
aku terduduk...termangu...termenung...
menangis sampai lena..
Luahan Hati

Aku juga ingin lari
menangis dan menjerit
tanpa perlu menoleh ke belakang
biarkanlah airmata ini berderai
agar suka duka ini berlalu hilang
namun aku tak berdaya
hanya kerana aku seorang lelaki
aku juga ingin lari
menangis...
menangis untuk hilangkan duka
menangis untuk mencari ketenangan
menangis untuk luahkan kesalan ku
aku ingin menjerit
sekuat dan sehebat duka yang melanda
biar bergegar di dalam hati
biar pecah jantung yg berdegup
agar dada ini tak terasa sesak
agar sebak ini kembali hilang
aku ingin meratap
pada sekeping hati yg ku abaikan
namun aku tak berdaya
untuk terus memujuk
kerna aku semakin lemah....
Ku Ingin Kamu

Ingin ku bisik pada mu..
Andai...

andai ada hati yg sudi...
andai ada rindu yg bertamu...
mungkinkah kasih kan bertaut....
mungkinkah rindu ini kan terlerai...
kasih yg ku hajati mungkin jauh di mata...
cinta yg ku dambakan mungkin hanya sebuah impian...
namun...
ku relakan hati ini dibelai resah...
ku biarkan jiwa ini diulit gelisah...
andai itulah kebahagiaan ku...
andai itulah yg terbaik utk aku dan dia...
biarkan cinta ini terbang...
jauh di dasar hatiku...
biarkan rindu ini mekar di jiwaku...
kerna...
cinta itu mungkin bukan milik ku..
Hati Menjadi Tanda Tanya (?)

mungkin bisu...
tapi indah...
biar diam seribu bahasa...
yg ada cuma hiasan jari...
namun aku...
terkaku...
mungkin bait rindu...
biar jauh...
asal ada cinta...
bersua takkan mungkin...
namun seakan bermain di mata wajahmu...
andai ini dugaanMu...
berikan ku ketabahan...
agar cinta ini dapat kusulami...
andai ini hanya mainan perasaan ku...
jauhkanlah dari hati..
agar insan yg ku cintai tak pernah ku lukai...
...gelap...
~KETENANGAN~


Hanya Mampu Tersenyum


Kini Papa Kembali...
