Halaman

SELAMATKAN JIWAKU..


Senja tadi begitu sunyi, entah kenapa belakangan ini fikiranku dianjal oleh sesuatu yang aku sendiri tak mengerti apa yang nak disuarakan, awan yang berarak diiringi alunan lagu melankolik yang ku dengar menambah kepenatan akan hariku, entah kenapa aku hanya bisa menulis kesepian, ataukah memang benar mainset yang ada di otakku itu kekosongan yang hampa, semua seolah berbalik dari titik dimana aku bertumpu, aku hanya terduduk terdiam, dengan sebatang rokok yang ku kira dapat menemani pelukan ku, kuhela nafas panjang, dan mencuba walau terbatas mengertikan bait-bait kata yang di hasilkan otak kananku, iya! memang selama ini hanya otak kanan yang bersuara, entah kemana hilangnya fungsi otak kiri, ingatanku tak begitu lagi kuat, mungkin dimakan oleh dosa-dosa yang ku rangkai dalam setiap kisah, atau apalah. . . pelan, namun ku dapat mengerti yang disuarakan oleh otakku yang berkejasama dengan intuisiku dan sunnguh meninggalkan kesan, itu dapat menggetarkan semua sel tubuhku, membuatku terpaku lemas dalam satu titik sepi.

Dan kini ku mula menemui titik terang tentang apa yang di suarakan, semua itu tentang mimpi-mimpi kehidupan yang kujalani, tentang usaha yang selama ini aku lambungkan tinggi-tinggi, tentang jawapan semua pertanyaan dari apa yang pernah aku tanyakan dulu, semua bagaikan potongan Puzzel yang mendapatkan tempat dan membentuk gambaran utuh sebuah diri, tercermin disana bayang diriku bersama hatiku yang disinari oleh mentari senja yang aku mengerti itu cinta, namun yang terlihat aku bersandar pada hatiku di tanah lapang dan dikelilingi lalang nan indah, namun wajahku terlihat gusar disana, seolah ada yang tersimpan dalam kalbunya yang tak dapat aku ungkapkan dengan kata. Ah . . . . kalau begitu apa bezanya dengan aku kini? Akupun tak sendiri sekarang, aku ditemani kawan-kawan yang aku cinta, dan aku pun masih menanti sebuah mimpi yang masih belum aku miliki, jadi apa bezanya semua jawapan, semua bait yang di katakan otakku??

Hurmm . . . . aku mengerti, namun aku ingin tak mengerti, kerana aku tak ingin gambarkan “Kalau mimpiku hanya mimpi”. Tak . . . dan tak akan aku biarkan semua mimpi yang sedari kecil aku cuba rangkai hanya berakhir sebagai mimpi dan hanya dapat di nikmati dalam mimpi, aku masih punya separuh jiwa lagi untuk melangkah, menerjang kembali badai, merobek kembali kesombongan dan meluluhkan keangkuhan, aku harus kuat, dan ku tak kan biarkan hidupku kalah, kerana aku hidup hanya untuk jadi pemenang !!!, tapi kenapa kenyataan masih tak berpihak kepada setiap langkahku? Mengapa semua 180 darjat berbalik, walau kadang kala aku merasakan kebagiaan yang amat sangat, hurmmm . . . aku mengeluh, tapi bukan keluhan yang ingin aku tuliskan, tentang risalah hatilah yang ingin aku gambarkan dalam malam yang hampir menyambut pagi, namun dimana mimpiku? bilakah mimpi itu menyambut sang pemimpi?

Angin berdesir lembut, sejuk, ditemani secangkir kopi ku lanjutkan kisahku, sebentar . . . . ku setel music melankolik berharap aku dapat melanjutkan tulisanku sampai mentari memberi salam, aku masih duduk dengan jari jari yang menari seiring detak jantung, dan membunyikan nada-nada mimpi, sungguh hidupku penuh dengan mimpi, terlalu lama aku pasrah menerima keadaan, menerima kenyataan yang tak sejalan dengan apa yang aku mahu, ingin rasanya ku melakukan sesuatu yang mengundang rasa kagum, walau bukan itu tujuanku namun perlu rasanya sesekali diri dimanjakan oleh senyum atau sebuah pujian.

Ok, semua yang dari hati kembali ke hati, kalau begitu semua apakah berlaku yang keras yang susah payah yang sakit kita awali akan berakhir dengan keras, susah dan sakit, hahahah . . . . rasanya adil semua kembali ketitik awal dimana ia melangkah, yang berawal dari pagi yang cerah, dan beranjak dengan susah payah melawan mata yang begitu berat kerana masih tersimpan lelap, memaksa bangun untuk kembali merangkai mimpi, dan berjalan melewati banyak rintang, memeras peluh, menebalkan hati akan maki, dan dikala lelap ia kembali ke tempat tidur, terlelap, dan esok sejarah berulang, sungguh membosankan kan? . . . . apakah hidup hanya sebatas membuang waktu?Oppss . . . . cukup rasanya membahas sebuah makna kehidupan kerana otakku tak sampai jika harus menggambarkan dari semua pandangan, dan kembali ke diriku yang sedari tadi hanya duduk menaip menarikan jari-jemari, lanjut tentang mimpi apa kah yang ada di benakku? Apa kah yang ada di mainstream pendirianku? Kenapa dan mengapa . . . . ku tegaskan sekali definisi atau erti sebuah tirai, aku hanya aku, namun aku tak ingin mengulang kembali setiap jalan yang pernah aku lalui kemarin, aku mahu semua dari hariku berkesan, tidak mendatar, tidak pasrah, walau memang semua yang dilakukan hari ini berharap bagaimana dan untuk nanti.

Ku baca lagi apa yang telah aku tulis, sambil menyirup kopi yang ada ditanganku, sebentar . . . . kunyalakan rokok ku agar imaginasiku bermain dalam setiap belaian jariku, ku baca-baca lagi yang tlah tertulis, hahahah . . . ternyata aku sendiri bingung dengan apa yang aku tuliskan, sungguh aku manusia tak tahu diri, tak pernah tahu apa yang dilakukan namun berharap menggapai sang rembulan, woow . . . jangan-jangan mimpi itu seperti rembulan, yang kita damba untuk menggapainya, yang kita usahakann dengan sekuat tenaga untuk terbang meraihnya kerana terlihat sangat cantik di muka, dan sungguh menakutkan jika tampak dimata.

Kurasa cukup bicara ku, jadi ku seketsakan begini, agar semua jelas apa yang dituliskan, agar lebih mudah dicerna kepenatan, ku umpamakan seorang yang melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu, dan ketika ia dapat ia berusaha menyimpannya erat, agar diguna nanti, ia gunakan dan ia yakin akan bertemu indah, tapi tidak dengan mahuku, aku ingin berpeluh namun kunikmati peluh itu dan di akhir sebuah cerita akupun bahagia. Sesederhana itu mimpiku, cuba menghitung, hanya 15 kata, namun hampir habis nafasku untuk menjalani untuk membuatnya nyata. Dapat dimengertikah apa yang aku tulis?? Jika tidak ok aku cuba bahasakan dengan lantang.\

Seperti orang yang bekerja dengan sekuat tenaga, tanpa menghiraukan sebuah kata untuk meraih sebuah makna, di lalui harinya walau sakit, dengan perit ia hidup dengar harapan agar kelak mencapai sebuah tujuan, agar nanti terbeli sebuah mimpi, seperti pepatah melayu yang tak tertulis. Namun tidak dengan apa yang dibahasakan otakku, pertama tentu saja aku bukan orang putih, dan tentu saja aku tak sekuat mereka, aku Papa Q tidak berkata itu sebagai mimpiku, walau aku akui, hormatku untuk mereka yang bertahan di perantauan untuk menyambung, dan menjalani sebuah kehidupan, agar kelak semua indah pada saatnya. Tapi aku tak inginkan itu, sederhana je, penggambarannya begini aku ingin menikmati apa yang aku kerjakan, dan aku ingin sebuah perhatian dan perubahan dalam setiap yang ku kerjakan, sudahlah macam itu saja, dan aku ingin menikmati hasil dari apa yang ku kerjakan kini dan nanti, jadi tidak ada pemaksaan diri demi nanti, demi ending sebuah cerita, kerana bagiku semua ending menyakitkan, aku salahkan jika penerimaan cinta sebagai ending. Kerana bagiku itu sebuah awal, ending merupakan suatu titik berhenti dimana semua hal berhenti pada satu titik, pengulangan kata memang, namun tidak jika ku definasikan dengan satu kata “Kematian”.

Yup buatku kematian adalah sebuah ending dari suatu cerita. Tentang cerita apapun, walau jika dikaitkan itu merupakan awal dari sebuah hidup baru, namun otakku hanya dapat menggambarkan yang telah terjadi, tidak dengan apa yang akan terjadi, maka persetan dengan yang meragui pendapat mengenai ending, yang kini masih ku cari adalah sebuah jawapan dari kedamaian kisah dan kebahagian esok.

Malam semakain larut, pagi sudah gelisah dalam lelapnya, yup . . . hampir pagi kini, jam 4.00 pagi, namun mataku tak juga ingin terlelap, maka ku biarkan jariku menari menaip kata kata yang takkan bisa menjadi sebuah kalimah, kerana hanya terdapat makna jika kau mengerti apa yang ku rasa, kerana akan bermakna jika kau merasakan kegundahaan yang sangat dikala kau membaca, dan hanya sampah jika kau ceria.


Tiada ulasan: