(Catatan Pengkisahan Harian)
Januari 20, 2011
Senja ini begitu sunyi, entah kenapa sejak akhir-akhir ini fikiranku di anjal oleh sesuatu yang aku sendiri tidak pasti apa yang hendak aku suarakan, awan yang berarak diiringi alunan lagu melankolik yang ku dengar menambah kepenatan pada hariku, entah kenapa aku hanya mampu menulis kesepian, ataukah memang benar minda yang ada di otakku itu ada kekosongan yang hampa, semua seolah kembali dari titik dimana aku terpaku, aku hanya duduk terdiam, dengan sebatang rokok yang ku kira dapat menemani sunyiku, kuhela nafas panjang, dan mencuba walaupun terbatas mengertikan bait-bait kata yang di hasilkan otak kananku, ya.. memang selama ini hanya otak kanan yang bersuara, entah kemana hilangnya fungsi otak kiri, ingatanku tak begitu lagi kuat, mungkin termakan oleh dosa-dosa yang ku rangkai dalam setiap kisah, atau apa-apa je la… Perlahan, namun ku dapat mengerti yang disuarakan oleh otakku yang berkejasama dengan naluriku dan sungguh memberi kesan, ia dapat menggetarkan semua sel tubuhku, membuatku terpaku lemas dalam satu titik sepi.
Dan kini ku mulai menemui titik terang tentang apa yang di suarakan, semua itu tentang mimpi-mimpi kehidupan yang kujalani, tentang harapan yang selama ini aku lambungkan tinggi-tinggi, tentang jawapan semua pertanyaan dari apa yang pernah aku tanyakan dulu, semua bagaikan potongan mozaik yang mendapatkan tempat dan membentuk gambaran jelas sebuah diri, tergambar disana bayang diriku bersama hatiku yang disinari oleh mentari senja yang aku mengerti itu cinta, namun yang terlihat aku bersandar pada hatiku di tanah lapang dan dikelilingi lalang-lalang nan indah, namun wajahku terlihat muram disana, seolah ada yang tersimpan dalam kalbun yang tak dapat aku ungkapkan dengan kata.
Ah… kalau begitu apa bezanya dengan aku sekarang? Akupun tak sendiri sekarang, aku ditemani HATIKU yang aku cinta, dan aku pun masih menanti sebuah mimpi yang masih belum aku miliki, jadi apa bezanya semua jawapan, semua bait yang di katakan otakku??. Hmmmm… aku mengerti, namun aku ingin tak mengerti, kerana aku tak ingin maksudkan “Kalau mimpiku hanya mimpi”. tidak… dan tak akan aku biarkan semua mimpi yang sedari kecil aku cuba rangkai hanya berakhir sebagai mimpi dan hanya dapat di nikmati dalam mimpi, aku masih punya separuh jiwa lagi untuk melangkah, menerjah kembali badai, merobek kembali kesombongan dan meluluhkan keangkuhan, aku harus kuat, dan ku takkan biarkan hidupku kalah, kerana aku hidup hanya untuk jadi pemenang !!!, tapi kenapa kenyataan masih tak berpihak kepada setiap langkahku? Mengapa semua 180 darjah berbalik, walau kadangkala aku merasakan kebahagiaan yang amat sangat, hmmmm… aku mengeluh, tapi bukan keluhan yang ingin aku tuliskan, tentang risalah hatilah yang ingin aku war-warkan dalam senja yang hampir menyambut malam, namun dimana mimpiku? bila mimpi itu menyambut sang pemimpi?
Angin berdesir lembut, sejuk, ditemani secawan nescafe ku lanjutkan kisahku, sebentar… ku settle music melankolik berharap aku dapat melanjutkan tulisanku sampai sang bulan memberi salam, aku masih duduk dengan jari-jari yang menari seiring degup jantung, dan membunyikan nada-nada mimpi, sunnguh hidupku penuh dengan mimpi, terlalu lama aku pasrah menerima keadaan, menerima kenyataan yang tak seiring dengan apa yang aku mahu, ingin rasanya ku melakukan sesuatu yang mengundang rasa kagum, walau bukan itu tujuanku namun perlu rasanya sesekali diri dimanjakan oleh senyum atau sebuah pujian.
Ok, semua yang dari hati kembali kehati, kalau begitu semua apakah berlaku yang keras yang susah paling yang sakit kita mulakan akan berakhir dengan keras, susah dan sakit, hahahah… rasanya adil semua kembali ketitik permulaan dimana ia melangkah, yang bermula dari pagi yang cerah, dan beranjak dengan susah payah melawan mata yang begitu berat kerana masih tersimpan lelap, memaksa bangun untuk kembali merangkai mimpi, dan berjalan melewati banyak rintang, memeras peluh, menebalkan hati akan maki, dan dikala lelap ia kembali ke tempat tidur, terlelap, dan esok sejarah berulang, sungguh membosankan kan?… adakah hidup hanya batasan membuang waktu? Opss… cukup rasanya membahas sebuah makna kehidupan kerana otakku tak sampai jika harus menguraikan dari semua sudut pandangan, dan kembali kepada diriku yang sedari tadi hanya duduk sambil menarikan jari-jemari, lanjut tentang mimpi apakah yang ada di fikiranku? Apakah yang ada di minda pendirianku? Kenapa dan mengapa… ku tegaskan sekali definisi atau erti sebuah tabir, aku hanya aku, namun aku tak ingin mengulang kembali setiap jalan yang pernah aku lalui semalam, aku mahu semua dari hariku memberi kesan, tidak mendatar, tidak pasrah, walaupun memang semua yang dilakukan hari ini berharap bagaimana dan untuk nanti.
Ku baca lagi apa yang telah aku tulis, sambil menghirup Nescafe yang hampir sejuk yang ada ditanganku, sebentar… kunyalakan rokok ku agar imaginasiku bermain dalam setiap belaian jariku, ku baca-baca lagi yang telah tertulis, hahahah… ternyata aku sendiri bingung dengan apa yang aku tuliskan, sungguh aku manusia tak sedar diri, tak pernah tahu apa yang dilakukan namun berharap menggapai sang rembulan, woow… jangan-jangan mimpi itu seperti rembulan, yang kita dambakan untuk menggapainya, yang kita usahan dengan sekuat tenaga untuk terbang meraihnya kerana terlihat sangat cantik di muka, dan sungguh menakutkan jika tampak dimata.
Aku rasa cukup bualanku, jadi ku sketsakan begini, agar semua faham apa yang dituliskan, agar lebih mudah dicerna kepenatan, ku umpamakan seorang yang melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu, dan ketika ia dapat ia berusaha menyimpannya erat agar nanti ia gunakan dan ia yakin pasti kan indah di nantinya, tapi tidak dengan apa yang ku mahu, aku ingin berpeluh namun kunikmati peluh itu dan di akhir sebuah cerita akupun bahagia. Sesederhana itu mimpiku, cuba kira, hanya 17 kata, namun hampir habis nafasku untuk menjalani untuk membuatnya nyata. Adakah apat difahami apa yang aku tulis?? Jika tidak tak mengapa, aku cuba bahasakan dengan lantang.
Seperti orang yang bekerja dengan sekuat tenaga, tanpa menghiraukan sebuah kata untuk meraih sebuah asa, melalui harinya walaupun sakit, dengan perit ia hidup dengar harapan agar kelak mencapai sebuah tujuan, agar nanti terbeli sebuah mimpi, seperti pepatah ku yang tak tertulis. Namun tidak dengan apa yang dibahasakan otakku, aku QM SHAH tidak berkata itu sebagai mimpiku, walau aku akui, salutku untuk mereka yang bertahan di perantauan untuk menyambung, dan menyara sebuah kehidupan, agar kelak semua indah pada saatnya. Tapi aku tak inginkan itu, harapanku pada 15 kata tadi, sederhana aje, maksudnya begini aku ingin menikmati apa yang aku kerjakan, dan aku ingin sebuah perubahan dalam setiap yang ku kerjakan, sudahlah, cukup dengan yang itu saja, dan aku ingin menikmati hasil dari apa yang ku kerjakan kini dan masa akan datang, jadi tidak ada pemaksaan diri demi hati, demi ending sebuah cerita, kerana bagiku semua ending menyakitkan, aku salahkan jika penerimaan cinta sebagai ending. Kerana bagiku itu sebuah permulaan, ending merupakan suatu titik berhenti dimana semua hal berhenti pada satu titik, pengulangan kata memang, namun tidak jika kuddefinasikan dengan satu kata “Kematian”.
Yup.. bagiku kematian adalah sebuah ending dari suatu cerita. Tak kisahlah cerita apapun, walau jika dikaitkan itu merupakan awal dari sebuah hidup baru, namu otakku hanya dapat menggambarkan yang telah terjadi, tidak dengan apa yang akan terjadi, maka persetan dengan yang EGO pendapat mengenai ending, yang kini masih ku cari adalah sebuah jawaban dari kedamaian kisah dan kebahagian esok.
Senja semakin melabuhkan tirainya, Malam sudah germbira dgn kemunculannya, yup… malam mula mengambil tugasnya hakikinya, Lalu ku biarkan jariku menari menulis kata-kata yang takkan bisa menjadi sebuah kalimah, kerana hanya terdapat makna jika kau mengerti apa yang ku rasa, kerana akan bermakna jika kau merasakan kegundahaan yang amat dikala kau membaca, dan hanya sampah jika kau ceria.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan